Dari perintah seseorang MC dengan
menggunakan Sound, sejumlah masyarakat sekitar Ujung Jaya, tamu undangan
dan tokoh masyarakat Ujung Kulon,
akhirnya berdatangan dan memenuhi
lapangan dan duduk di kursi yang sudah disediakan dalam acara Konsolidasi
Rakyat Ujung Kulon, berada di kampung Cikaung, Desa Ujung Jaya, Kecamatan Sumur,
Pandeglang. Minggu(21/12).
Selain Desa Ujung Jaya, dalam Konsolidasi
Rakyat Ujung Kulon ini dihadiri oleh 14 Desa yang terdiri dari Kecamatan
Cimanggu, dan Sumur. Selain itu, hadir pula mahasiswa, organisasi dan lembaga
yang berada di Banten antara lain: KUMAUNG, JMHI, FPPI, HIMALA UNMA, MAPALAUT,
TARUNG, JKPP, SAINS, HUMA, LBH JAKARTA, SAHABAT Ujung Kulon, STUK, AGRA.
Dalam baliho yang terdapat dalam acara
tersebut, tertuliskan tuntutan-tuntutan masyarakat antara lain:
- Hentikan intimidasi dan kriminalisasi rakyat Ujung Kulon
- Bebaskan Damo, Rahmat dan Misdan sekarang juga
- Kembalikan hak-hak rakyat Ujung Kulon atas tanah yang dirampas Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), dan
- Laksanakan reformasi agraria sejati
Kekecewaan tampak dari masyarakat, karena
tidak hadirnya Haryono sebagai kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon(BTNUK),
ataupun petugas dan perwakilan BTNUK. “Inalilahi waanainalilahirojiun” tutur
Kamirudin, selaku Kepala Desa Ujung Jaya. Masyarakat hilang kepercayaannya
terhadap petugas TNUK yang tidak mendukung dan membantu masyarakat Ujung Kulon.
Teriakan-teriakan masyarakat yang hadir
terdengar begitu keras ketika mendengar pidato-pidato dan orasi-orasi yang
disampaikan oleh tokoh masyarakat Banten Selatan. Semangat yang disampaikan
oleh tokoh Banten Selatan, membuat masyarakat semakin yakin akan perjuangan
untuk membebaskan nelayan yang ditangkap yakni, Damo, Rahmat dan Misdan. Dan
memperjuangkan hak-hak rakyat Ujung Kulon atas tanah yang dirampas TNUK. “Allah
tidak akan merubah nasib seseorang, jika bukan kita sendiri yang merubahnya.
Perubahan itu perjuangan, usaha untuk mengambil kembali tanah kita itu
perjuangan” ucap Sahri, selaku Tokoh Banten Selatan.
Budi, dari Aliansi Gerakan Reforma
Agraria(AGRA) menghimbau agar masyarakat tidak perlu takut terhadap BTNUK,
karena jumlah masyarakat Ujung Kulon lebih banyak dari petugas TNUK. Selain itu, didukung oleh Aktivis, mahasiswa
dan lembaga atau organ yang mendukung, menambah kekuatan massa lebih banyak dan
kuat.
Tidak hanya “kaum Adam” yang semangat dalam
perjuangan ini, “kaum Hawa” pun tak kalah semangatnya. Seperti Jamsi’ah yang
berorasi, memberikan semangat kepada ibu-ibu agar ikut berjuang untuk
mengembalikan hak-hak rakyat Ujung Kulon. Jamsi’ah menuturkan bahwa dirinya
rela berkorban, agar tidak ada lagi warga yang ditangkap seperti yang terjadi
terhadap Damo. Selanjutnya, warga sepakat untuk membentuk organisasi wanita
Ujung Kulon.
Dalam acara Konsolidasi Rakyat Ujung Kulon,
dimeriahkan pula oleh seseorang mahasiswa yang membacakan puisi ciptaan Wiji
Thukul, Sajak Pertemuan Mahasiswa, menghibur dan memberikan semangat
kepada masyarakat Ujung Kulon.(Candra)

0 Kritikan:
Post a Comment