Sunday, December 21, 2014

Konsolidasi Rakyat Ujung Kulon, Memperjuangkan Hak Atas Tanah



Dari perintah seseorang MC dengan menggunakan Sound, sejumlah masyarakat sekitar Ujung Jaya, tamu undangan dan tokoh masyarakat Ujung Kulon,  akhirnya  berdatangan dan memenuhi lapangan dan duduk di kursi yang sudah disediakan dalam acara Konsolidasi Rakyat Ujung Kulon, berada di kampung Cikaung, Desa Ujung Jaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang. Minggu(21/12).

Selain Desa Ujung Jaya, dalam Konsolidasi Rakyat Ujung Kulon ini dihadiri oleh 14 Desa yang terdiri dari Kecamatan Cimanggu, dan Sumur. Selain itu, hadir pula mahasiswa, organisasi dan lembaga yang berada di Banten antara lain: KUMAUNG, JMHI, FPPI, HIMALA UNMA, MAPALAUT, TARUNG, JKPP, SAINS, HUMA, LBH JAKARTA, SAHABAT Ujung Kulon, STUK, AGRA.

Dalam baliho yang terdapat dalam acara tersebut, tertuliskan tuntutan-tuntutan masyarakat antara lain:
  1. Hentikan intimidasi dan kriminalisasi rakyat Ujung Kulon
  2. Bebaskan Damo, Rahmat dan Misdan sekarang juga
  3. Kembalikan hak-hak rakyat Ujung Kulon atas tanah yang dirampas Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), dan
  4. Laksanakan reformasi agraria sejati


Kekecewaan tampak dari masyarakat, karena tidak hadirnya Haryono sebagai kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon(BTNUK), ataupun petugas dan perwakilan BTNUK. “Inalilahi waanainalilahirojiun” tutur Kamirudin, selaku Kepala Desa Ujung Jaya. Masyarakat hilang kepercayaannya terhadap petugas TNUK yang tidak mendukung dan membantu masyarakat Ujung Kulon.

Teriakan-teriakan masyarakat yang hadir terdengar begitu keras ketika mendengar pidato-pidato dan orasi-orasi yang disampaikan oleh tokoh masyarakat Banten Selatan. Semangat yang disampaikan oleh tokoh Banten Selatan, membuat masyarakat semakin yakin akan perjuangan untuk membebaskan nelayan yang ditangkap yakni, Damo, Rahmat dan Misdan. Dan memperjuangkan hak-hak rakyat Ujung Kulon atas tanah yang dirampas TNUK. “Allah tidak akan merubah nasib seseorang, jika bukan kita sendiri yang merubahnya. Perubahan itu perjuangan, usaha untuk mengambil kembali tanah kita itu perjuangan” ucap Sahri, selaku Tokoh Banten Selatan.

Budi, dari Aliansi Gerakan Reforma Agraria(AGRA) menghimbau agar masyarakat tidak perlu takut terhadap BTNUK, karena jumlah masyarakat Ujung Kulon lebih banyak dari petugas TNUK.  Selain itu, didukung oleh Aktivis, mahasiswa dan lembaga atau organ yang mendukung, menambah kekuatan massa lebih banyak dan kuat.

Tidak hanya “kaum Adam” yang semangat dalam perjuangan ini, “kaum Hawa” pun tak kalah semangatnya. Seperti Jamsi’ah yang berorasi, memberikan semangat kepada ibu-ibu agar ikut berjuang untuk mengembalikan hak-hak rakyat Ujung Kulon. Jamsi’ah menuturkan bahwa dirinya rela berkorban, agar tidak ada lagi warga yang ditangkap seperti yang terjadi terhadap Damo. Selanjutnya, warga sepakat untuk membentuk organisasi wanita Ujung Kulon.

Dalam acara Konsolidasi Rakyat Ujung Kulon, dimeriahkan pula oleh seseorang mahasiswa yang membacakan puisi ciptaan Wiji Thukul, Sajak Pertemuan Mahasiswa, menghibur dan memberikan semangat kepada masyarakat Ujung Kulon.(Candra)


0 Kritikan:

Post a Comment