Sunday, January 11, 2015

Doa Nelayan

Lihatlah!
Bupati kita sedang mancing
Bersantai untuk refresing
Tertawa, Beria-ria

Lihatlah!
Nelayan sedang tenggelam
Dalam duka nestapa
Ditangkap, dipenjara
Saat menjaring ikan dilaut

Bupati sibuk dengan pancingan
Rakyat sibuk mencari keadilan

Rakyat menjerit pesakitan
Bupati menjerit mendapatkan ikan

 Oh, Tuhan
Kau ciptakan ikan-ikan dilautan
Tapi bukan untuk nelayan

Kau ciptakan Ikan-ikan yang lezat
Tapi nelayan tak bisa menjaringnya
Kau ciptakan ikan-ikan laut
semuanya halal dimakan
Tapi haram untuk nelayan

Tapi ,
Itu bukan salahmu Tuhan
Ya, itu bukan salahmu

Tapi,
Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja
Nelayan berhak menjaring ikan
Nelayan berhak menyantap ikan
Ya, Nelayan berhak

Oh, Tuhan
Sadarkanlah Bupati kita yang masih sibuk dengan pancingannya


Candra, Pandeglang, 11 Januari 2015

Bangkit dan Melawan

Rebah-rebah lemas
Berbekas luka berlawan
Menghentikan tiran yang menawan
Rakyat jadi korban
Haus kekuasaan

Kesakitan nampak belum pudar
Namun, langkah juang jangan sampai buyar
Untuk mencapai kedaulatan
Rakyat harus tetap melawan

Korban-korban kian berapi-api
Berkobar-kobar  bisik hati
Mata merah tajam kemarah-marahan
Bersiap tuk pemberontakan

Bangun
Bangkitlah
Mari kita lawan!
Berjuang untuk kedaulatan


Candra, Pandeglang, 11 Januari 2015

Monday, January 5, 2015

Jangan Sampai Rakyat Ujung Kulon Yang Menjadi Hakimnya


Tiga bulan sudah, Damo, Rahmat dan Misdan berada dibui. Sejak dari tanggal tiga Oktober tahun lalu, sampai pada pergantian tahun menjadi 2015. Namun, Pengadilan Negri Pandeglang belum jua mendapatkan kepastian. Padahal telah enam kali peradilan diselenggarakan.
Nampak kekesalan pada ketiga nelayan yang ditangkap dengan tuduhan menangkap ikan di dalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon ini. Ketika menemui mereka pada persidangan ‎23 ‎Desember ‎2014, di PN Pandeglang. Menuturkan “Hampir tiga bulan kami ditahan, namun belum mendapatkan kepastian dari pengadilan. Walaupun di penjara seruangan banyak orang, namun kami jenuh”.
Begitu pula dengan istri-istri dari Damo, Rahmat dan Misdan: Juminah, Suheti dan Sanawati. Juminah Menuturkan”dengan keadaan sedang hamil, suami saya malah ditangkap. Lantas, siapa yang akan membiyayai keluarga.” Para istri nelayan ini merasa kesepian, dan merasa kehilangan kepala keluarga mereka.(Candra)